Menjadi IMG

Posted on September 16, 2012

4


16 September 1952, 60 tahun yang lalu berdirilah sebuah organisasi bernama Ikatan Mahasiswa Geodesi Institut Teknologi Bandung (IMG ITB). Sebuah organisasi yang sudah saya ikuti selama kurang lebih 3 tahun. Berbagai macam masalah, konflik, senang, dan duka telah saya  alami selama berkegiatan di organisasi ini. Dan di hari jadinya yang ke 60 ini, mungkin hanya tulisan kecil inilah yang bisa saya berikan padanya sebagai kado kecil untuk bahan renungan, terutama bagi saya pribadi sebagai anggotanya.

Bulan Desember 2009 adalah awal perjalanan saya bersama teman-teman seangkatan 2008 di IMG ITB. Mulai dari wisuda April pertama (saya masih ingat dengan arak-arakan via jalur luar kampus itu dan keriuhan para wisudawannya) hingga pada akhirnya pada Agustus 2012 lalu Amri Wicaksono sebagai Ketua IMG  periode 2011/2012 menyerahkan estafet kepengurusan kepada penerusnya. 3 tahun yang penuh kenangan, konflik, drama, tawa, emosi, suka, dan duka. Bercengkrama dan bersenda gurau seakan baru saja memakai jaket orange kebanggaan. Beradu debat, berdiskusi  dengan begitu panasnya seakan ini adalah sosialisasi acara pertama. Masih begitu bersemangatnya. Dan tak terasa Juli 2012 yang lalu teman-teman seangkatan mulai menyandang gelar Sarjana Teknik, mengikuti jalan hidupnya masing-masing. Dan, Oktober ini akan banyak lagi yang pergi, menjalani takdirnya masing-masing.

Bukan, saya tidak akan bercerita tentang kisah angkatan saya di sini. Tapi bagaimana IMG membentuk kami, termasuk saya di dalamnya. Jelas saya bukan orang penting di IMG ini. Bukan ketua lembaga, tidak pernah menjadi ketua acara, dan yang jelas bukan orang yang terlibat secara aktif dalam acara yang menurut anak-anak ITB sekarang “bergengsi” dan “konkrit”, seperti seminar-seminar, acara keprofesian, lomba ilmiah, dan lain sebagainya. Bagi IMG, jelas saya bukan unsur yang penting. Namun entah kenapa IMG jadi bagian dari perjalanan saya selama di kampus ini, yang membuat saya selalu berusaha memberikan yang terbaik baginya.

1 tahun terakhir, muncul pertanyaan-pertanyaan baru. “Mana yang lebih penting profesionalitas atau kekeluargaan?”, “Sosialisasi lama banget sih, masih relevan ga?”, “Apa sih gunanya kajian latar belakang & tujuan acara harus lama-lama? Jalanin ajalah!”. Dan masih banyak pertanyaan lainnya. Pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan ini dihubungkan dengan masalah periodesasi yang (diklaim) tidak sehat, proker-proker yang terhambat. Belum lagi jika dihubungkan dengan faktor-faktor akademis. Orientasi waktu lulus yang semakin mendekati Juli-Oktober, tugas yang menumpuk. Dan akhirnya berujung pada masalah klasik, kurang SDM.

Dan bagi saya, jawaban dari pertanyaan itu adalah “lakukan saja dengan cara masing-masing, selagi kalian masih tahu apa dan mengapa itu harus kalian kerjakan.” Zaman selalu berubah, umur bertambah, dan metoda-metoda baru terus terasah . Namun nilai dan semangat yang ada di dalamnya seharusnya tidak boleh berubah hanya karena zaman berubah. Mengapa harus mengaku satu jiwa jika masih bertanya keluarga atau profesionalisme? Normatif memang, tapi menurut saya tidak ada profesionalisme tanpa rasa percaya. Kekeluargaan dalam ranah organisasi pun tidak akan ada tanpa sikap profesional. Dalam sosialisasi yang lama, IMG mendidik saya untuk memahami  apa itu satu jiwa (meskipun terkadang agak konyol memang). Di sesi-sesi diskusi dan kajian yang panas, IMG mengajari saya untuk melakukan analisis yang mendalam terhadap suatu masalah, bukan hanya sekedar melaksanakan proker. Ya, saya tahu kelihatannya mungkin tidak “konkret”. Tapi itulah opini pribadi saya sebagai anggota biasa, bagian kecil dari IMG yang “dibesarkan” dengan metoda seperti itu.

Daam perjalanannya, IMG di sebut-sebut selalu penuh sejarah. Tidak ada dokumentasinya memang, hanya cerita-cerita dari orang-orang yang lebih senior dari saya. 60 tahun bukan waktu yang sebentar, para pendahulu sudah terlebih dahulu menggoreskan tintanya. Masa saya dan teman-teman saya pun sudah berada di batasnya. Jika ada satu hal yang dapat saya ambil dari sejarah masa lalu itu, adalah bahwa setiap orang/angkatan selalu diberi kesempatan untuk mengisi masa atau waktunya masing-masing. Tinggal apakah orang/angkatan mau untuk mengisinya. Sejarah, menurut saya, bukan untuk dibangga-banggakan, tapi untuk dijadikan pelajaran. Masa studi normal hanya 4 tahun, dengan kesempatan menjadi pelaksana tertinggi sistem (pengurus inti) sekitar 1 tahun. Hal ini membuat waktu untuk melaksanakan proker, evaluasi, dan mengubah sistemtidak lama. Dan perubahan tidak ada yang konstan. Hampir tidak mungkin mengubah sistem dalam waktu 1-2 tahun tanpa koridor yang jelas. Maka manfaatkanlah waktu yang ada dengan sebaik-baiknya.

Maka di hari jadinya yang ke 60 tahun ini, izinkanlah saya mengucapkan Dirgahayu selalu IMG. Jangan biarkan zaman mengubahmu! Cerita kami mungkin sudah hampir berakhir, namun dibalik segala cerita ada hikmah yang semoga dapat diambil. Ini waktunya kalian, para penerus!

 

Padamu ku akan setia selalu

Berhimpun, bersatu, berpadu

IMG…IMG…

Jayalah selalu

IMG…IMG…

Terima lah salamku

Dirgahayu selalu

16 September 1952 – 16 September 2012

60 Tahun IMG